Cerita ini bermula ketika kejujuran dikalahkan kekuasaan. Ketika kebenaran tertimbun materi.
Dan ketika sepakbola dijadikan bisnis oleh para petingginya.
Persija Jakarta. Siapa yang tak kenal tim kebanggan Ibukota yang satu ini. Tim yang
telah memiliki sejarah sejak tahun 1928. Tim berjuluk Macan Kemayoran, kebanggaan
sekelompok manusia yang menamakan diri mereka The Jakmania.
Saat ini, tim itu sedang tertimpa masalah. Masalah yang entah kapan terungkap kebenarannya.
Hadi Basalamah. Seorang yang telah mengusik Macan kami. Yang telah
mengganggu, dan kini ia merebut paksa Macan itu dari kami. Dualisme Persija.
Masalah yang datang seiring dengan pergantian kepengurusan PSSI yang baru,
musim kompetisi 2012 ini.
Ya, musim ini ada 2 PT yang mendaftar sebagai
administrator Persija. PT. Persija Jaya Jakarta yang dipimpin Ferry Paulus dan
PT. Persija Jaya yang di akui oleh Hadi Basalamah.
Kita semua tentu tahu, mana pihak yang benar. Pihak yang professional dan tentunya
pihak yang resmi. Seperti yang kita ketahui bersama, Ferry Paulus adalah Ketua
Umum Persija periode 2011-2015.
Dan itu berarti, Ferry Paulus lah yang
berhak mengelola Persija musim ini. Tetapi, apa nyatanya? PSSI yang menentukan hasil
verifikasi Persija seakan dibutakan oleh hal-hal yang berbau kekuasaan, materi,
dan tak jauh dari bisnis. Seperti yang sudah saya katakan di awal paragraph tadi.
PSSI telah mengeluarkan keputusan ‘sepihak’ yang menentukan bahwa PT. Persija Jaya
pimpinan Hadi Basalamah lah yang memenangkan verikasi. Merekalah yang akan
memimpin Persija musim ini. Keputusan ini bagai petir di siang bolong. Berbagai
pertanyaan pun timbul. Amarah dan emosi mulai tersimpan dalam dada. Dari segi manakah
PSSI menilai? Dari segi manakah ‘kemenangan’ mereka? Sesungguhnya, hanya mereka
yang tahu jawabannya.
Saya masih tak habis pikir, PT. Persija Jaya yang sampai detik saat saya menulis
artikel ini, belum jelas siapa pemain-pemainnya, belum jelas siapa pelatih dan
pengurusnya. Belum dan tidak dikenal masyarakat Jakarta. Tetapi, mengapa mereka
yang lolos? (maksud saya, diloloskan).
Padahal Persija yang selama ini kita kenal adalah Persija yang telah
memiliki sejarah dari dulu. Persija yang pernah menjadi juara Liga tahun 2001. Persija
yang didukung oleh supporter militannya, The Jakmania. Persija yang didalamnya
ada Bambang Pamungkas sebagai kapten kesebelasan.
Persija yang sah, tanpa ada
kebohongan dan rekayasa. Bukan Persija yang pemain-pemainnya diambil dari Liga
1 musim yang lalu. Liga baru, yang tak memiliki sejarah.
Yang ingin saya ungkap disini adalah, dimanakah hati nurani para petinggi-petinggi
itu? Apakah sebenarnya mereka sadar yang mereka lakukan telah merugikan banyak
pihak? Membuat gundah, marah, dan gelisah. Kami, disini, tak akan pernah tinggal
diam.
Tak akan pernah membiarkan Macan kami direbut begitu saja oleh pihak yang
tak bertanggung jawab. Pihak yang hanya mementingkan diri sendiri. Pihak, yang
kami tau, tak sama sekali mencintai Persija kami.
Hanya berkelakuan seolah-olah
ia begitu mencintai kesebelasan ini, padahal tersimpan maksud dibalik semua
itu. Suatu kebohongan belaka.
Jika PSSI tak bisa lagi merubah keputusan itu, jangan salahkan kami yang akan mulai
bertindak sedikit keras. Dan jangan juga salahkan kami, jika kami akan mendukung
Persija dengan cara kami sendiri. Mungkin musim ini, tak ada lagi
nyanyian-nyanyian The Jakmania, tak ada lagi keceriaan di sudut-sudut Gelora
Bung Karno, tak ada lagi semangat-semangat yang membara mendukung Tim
kebanggaan kami berlaga, tak ada lagi canda tawa yang tercipta.
Karena sesungguhnya, penunggu-penunggu tribun yang begitu mencintai Persija itu sedang
dilanda kegundahan. Kami, tak akan mungkin mendukung Persija yang lain. Yang
tak ada Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas. Jadi, biarkan kami mendukung
Persija dengan cara kami sendiri, jika kalian para petinggi yang terhormat,
masih tetap yakin dengan keputusan yang menurut kalian benar, entah dinilai
dari segi mananya.
Bukankah kalian yang akan merugi? Jika pertandingan yang akan Persija lewati di Gelora
Bung Karno nanti, tak akan ditonton warga Jakarta yang katanya memiliki
Persija. Bukankah kalian yang akan malu? Jika tim kalian terseok-seok
mengarungi Liga musim ini, dengan pemain-pemain dadakan, yang diambil dari
kompetisi seumur jagung, yang hanya berjalan setengah musim, dan bahkan tak ada pemenangnya.
Sudah seburuk inikah sepak bola yang ada di Indonesia? Sudah separah inikah para
pengurus-pengurus sepak bola negeri ini? Tidak kah lagi mereka memiliki
perasaan? Sampai kebenaran pun rasanya susah sekali terungkap. Hanya karena
materi. Hanya karena kekuasaan yang lebih tinggi. Apakah tak ada lagi yang bisa
menjunjung tinggi kejujuran dan professionalisme? Sungguh, miris sekali bangsa
ini, memiliki para pemimpin seperti mereka.
Jika ini yang mereka mau, mari kawan, kita rapatkan barisan. Untuk membantu temukan
kebenaran. Dan jangan biarkan kebohongan ini terus berjalan. Sesungguhnya,
Persija butuh kepastian. Dan tak akan kami biarkan Macan kami terlantar. Tak
akan kami tinggal diam dan pasrah menunggu keputusan. Semua tahu, keadilan
harus ditegakkan. Dan kami yakin, cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap.
Yang benar akan keluar sebagai pemenang.
Keep the spirit
up! And you never walk alone, Persija Jakarta.
Rapatkan barisan
dan teriakkan dengan lantang, #SavePersija!